25.8.10

Anak, perhiasan sekaligus ujian


Allah Subhannahu Ta’ala berfirman:
  
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan “ (QS. Al-Kahfi:46)
Ya tentu saja, anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Betapa jiwa kita merasa bahagia menyaksikan mereka dan hati pun bergembira saat bercanda ria dengan mereka.
Namun waspadalah, sebab anak adalah fitnah (ujian).
Dan Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:

“ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. At-Taghaabun:15)
Jangan kita terpedaya!
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allooh Subhannahu Ta’ala. Ia menjadi angkuh dan berbangga diri karena anaknya, merasa paling tinggi dari orang lain. Ia sombong dan takabbur, bahkan merendahkan orang lain dan berlaku aniaya. Maka hal itu hanya mengantarkannya ke neraka.
Firman Allah Subhannahu Ta’ala dalam kitab-Nya :

34. “ Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".

35. “ Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab [1].

36. “ Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".

37. “ Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).”

[1] Maksudnya: oleh karena orang-orang kafir itu mendapat nikmat yang besar di dunia, Maka mereka merasa bahwa mereka dikasihi Tuhan dan tidak akan diazab di akhirat.

Anak, kerap kali mendorong ayah untuk meghalalkan usaha yang haram. Demi masa depan anak katanya…
Ia pun berusaha keras mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, dengan segala cara, sekalipun ia harus mendzhalimi yang lemah, memusuhi manusia atau memutus tali silaturrahim.
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi kikir dan penakut. Saat ingin bersedekah, setan datang kepadanya seraya berkata,”Anakmu tadi minta ini dan itu! Maka demi anaknya, ia pun urung menginfakkan hartanya di jalan Allooh Subhannahu Ta’ala. Padahal yang diminta oleh anaknya itu bukanlah suatu kebutuhan primer.
Benarlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alahi Wassallam:
“Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (HR. Al-Hakim (5284) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’(1990))
Ketika ia harus mengatakan kalimat yang hak, ia berfikir dua kali. Ia takut petaka akan menimpa dirinya dan anak kesayangannya. Ia pun memilih diam daripada menyampaikan kebenaran.
Ketika anak jatuh sakit, rasa iba mendorong orang tua bertindak bodoh, melanggar syari’at agama dengan ucapan maupun perbuatannya, mengugat takdir Allooh dan tidak menerima ketetapan-Nya. Ia pun membawa anaknya ke dukun padahal Nabi melarang pebuatannya itu.
Yang parah lagi, ada pula anak yang mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran, Wallaahul musta’an.
Perhatikanlah orang yang tertipu disebabkan anak-anaknya dan tidak mensyukuri nikmat Allah ini! Ia adalah seorang kafir Makkah bernama Khalid bin Mughirah. Allah Subhannahu Ta’ala berkata tentangnya:  

11. Biarkanlah aku bertindak terhadap orang yang aku telah menciptakannya sendirian[2].
12. Dan aku jadikan baginya harta benda yang banyak,
13. Dan anak-anak yang selalu bersama Dia,
14. Dan Ku lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,
15. Kemudian Dia ingin sekali supaya aku menambahnya.
16. Sekali-kali tidak (akan aku tambah), karena Sesungguhnya Dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran).
17. aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (QS. Al-Muddatstsir: 11-17)

[2] Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan mengenai seorang kafir Mekah, pemimpin Quraisy bernama Al Walid bin Mughirah.
Dia adalah lelaki yang dikarunia anak-anak dan Allooh menjadikan ia selalu bersama mereka untuk mengais rizki. Bahkan rizki lah yang mengelilinginya. Dan anak-anaknya senantiasa berada di sisi nya menjadi hiburan baginya. Walau demikian, ia tidak mensyukuri nikmat Allooh, bahkan dibalasnya dengan kekufuran.

Serta, Allah Subhannahu Ta’ala berfirman:
  
26. Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.
27. Tahukah kamu Apakah (neraka) Saqar itu?
28. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan [3].
29. (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (QS. Al-Muddatstsir: 26-29)
[3] Yang dimaksud dengan tidak meninggalkan dan tidak membiarkan ialah apa yang dilemparkan ke dalam neraka itu diazabnya sampai binasa kemudian dikembalikannya sebagai semula untuk diazab kembali.

Lalu bagaimana caranya agar kita terhindar dari fitnah (godaan) ini?
Jadikanlah cinta pertama kita untuk Allooh Subhannahu Ta’ala. Jadikan manusia yang paling kita cintai adalah Rosul-Nya dan bertakwalah kepada Allooh dalam mengurus mereka.
Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam mengajarkan bahwa di antara yang dapat menghapuskan keburukan akibat godaan anak adalah mengerjakan sholat, puasa, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar. Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam bersabda:
“Gangguan menimpa seseorang disebabkan keluarga, harta, anak, diri dan tetangganya dapat dihapuskan oleh puasa, sholat, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi anda



Bila Istri Kufur terhadap Suami

Bagaimana kedudukan seorang istri menjadi kufur dihadapan
Allah?? Sebuah pertanyaan penting yang harus diketahui jawabannya oleh para
istri maupun ibu sebagai pendidik dan juga ukhti muslimah lainnya yang sedang
mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan,…tulisan dibawah ini selayaknya
menjadi bahan renungan bagi kita bersama …..
Wahai ukhti muslimah,..wahai para istri yang sedang membina biduk rumah tangga bersama suami tercinta,…tentunya engkau sangat ingin dijuluki sebagai simpanan yang paling baik diatas muka bumi ini sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:
“Ingatlah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu simpanan yang paling baik bagi seseorang? Yaitu wanita shalihah, jika suami memandangnya, maka dia membuatnya senang, jika suami menyuruhnya maka dia menaatinya dan jika suami tidak ada disisinya maka dia menjaganya “(HR.Abu Dawud)
Alangkah berbahagianya seorang suami bila mendapati istrinya termasuk seorang wanita shalihah karena ia adalah sebaik-baik perhiasan diatas muka bumi.Perhiasan yang tidak ternilai.Dan, juga betapa bahagianya sang istri bila mendapati suaminya yang ia cintai senang terhadap dirinya dan meredhainya karena dengan keridhaan suaminya itu maka apabila ia mati tidak ada balasan yang terbaik baginya melainkan surga Allah yang seluas langit dan bumi dimana ia bisa memasukinya dari pintu manapun yang ia kehendakinya. Coba ukhti simak hadits berikut dibawah ini :
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhu, dia bercerita, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda :
“Wanita mana saja yang meninggal sedang suaminya meridhainya maka akan masuk surga” (HR.Ibnu Majah,Tirmidzi, dan Hakim, Dan Al-Hakim mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih)
Sabda Beliau yang lainnya:
“Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu, dan berpuasa bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya, menjaga kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya,”masuklah kamu kedalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki”(HR.Imam Ahmad dan Nasa’i. Semua perawi hadits ini tsiqah)
Karena itu tidak boleh hilang dari benak kita bahwa memahami ajaran agama yang lurus ini dengan kesadaran dan ketaatan kepada suami merupakan bagian yang dapat memasukkan seorang wanita muslimah ke dalam surga.
Akan tetapi kita dapati kenyataan dewasa ini sedikit sekali seorang istri yang taat kepada suaminya dan mensyukuri pemberian suami kepada dirinya (kecuali yang dirahmati Allah). Selalu saja merasa kurang dan tidak cukup.Sehingga suami yang sudah lelah bekerja seharian jarang disambut dengan senyuman mesra karena kecilnya penghasilan sang suami.Dia tidak sadar telah menjerumuskan dirinya dalam bahaya besar yaitu bahwa Allah tidak sudi memandang dirinya akibat dari ketidak peduliannya terhadap rasa syukurnya atas apa yang diberikan suami kepadanya baik nafkah ataupun yang lainnya.Hal ini sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sabdakan:
“Allah tidak akan memandang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal ia butuh kepadanya”(HR.Al-Hakim dalam Mustadraknya, beliau mengatakan isnad hadits ini adalah shahih)
Hendaklah seorang istri mengingat hadits diatas dengan baik dalam pikirannya agar ketika ia lupa mengucapkan syukur (terima kasih) kepada suaminya segera beristighfar kepada Allah Ta’ala dan segera mengucapkan ucapan syukur kepada suaminya untuk menghindarkan dirinya dari kemurkaan Allah. Yang demikian itu karena wanita muslimah yang telah dibekali dengan ilmu agama sadar dan selalu menepati janji dan tidak mengenal kufur terhadap nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadanya karena dia mendapatkan petunjuk dari agamanya yang menyelamatkan dirinya dari kebobrokan moral akhlak wanita-wanita kafir yang tidak pernah mengakui kebaikan-kebaikan yang suami mereka berikan.Ironisnya wanita-wanita muslimah dewasa ini diantara mereka ada yang berperilaku demikian. Mungkin hadits dibawah ini patut untuk dicamkan, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Pernah diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah wanita yang suka berbuat kufur. Ditanyakan kepada beliau,”Apakah mereka berbuat kufur terhadap Allah? Beliau menjawab,”Mereka berbuat kufur terhadap keluarga dan kufur terhadap kebaikan.Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mendapatkan perlakuan buruk darimu, niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”(Hadits Muttafaq Alaih)
Sedangkan dari Asma binti Yazid radhiyallahu anha dia menceritakan:
“Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah berjalan melalui kami sedang kami semuanya adalah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata:’Jauhilah oleh kalian kufur terhadap orang yang berbuat kebaikan’ Lalu kami bertanya “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kufur terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan itu?” Maka beliau menjawab:”Mungkin salah seorang diantara kalian ada yang lama hidup menjanda bersama orangtuanya, lalu Allah Azza wa Jalla memberikannya seorang suami, darinya dia memberikan harta dan keturunan.Kemudian suatu saat dia marah dan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darinya meskipun hanya satu hari”(HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits shahih)
Hadits-hadits diatas menegaskan tentang kufurnya seorang wanita terhadap kebaikan yang terkandung didalamnya kufur terhadap kenikmatan sekaligus penghinaan terhadap nafkah yang diberikan suami. Nabi Shalallahu alaihi wassalam telah menerangkan dengan jelas dan baik supaya salah seorang dari wanita-wanita itu tidak ada alasan dihadapan Allah Ta’ala pada saat Dia menanyakan tentang muamalahnya dengan sang suami, “Apakah engkau berbuat baik kepadanya ataukah engkau mengkufuri nikmatnya dan meremehkan pemberian nafkahnya?(1)
Jelaslah sudah bagaimana seorang istri bisa menjadi kufur dihadapan Allah. Hendaklah dari sekarang kita menyadari dan meninggalkan perbuatan tersebut karena hal itu merupakan penyebab disiksanya wanita dineraka pada hari kiamat kelak.
Semoga Allah senantiasa menjaga istri-istri muslimah sehingga
rumah-rumah mereka dipenuhi dengan cahaya keimanan dan menjadikan mereka
termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amin, karena sesungguhnya sedikit sekali golongan yang bersyukur itu sebagaimana firman-Nya:
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”(Saba:13)
wallahu ‘alam bish-shawwab.
catatan kaki:
(1).30 Larangan wanita, hal:63
Maraji’:
1. Al-Qur’an ,Depag
2.Jati Diri Wanita Muslimah, Pustaka Al-Kautsar
3.30 Larangan Wanita,Pustaka Azzam