26.6.12

Saksi dalam pernikahan


Saksi dalam pernikahan
 
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيٍّ وَ شَاهِدَى عَدْلٍ. احمد  بن حنبل
Dari ‘Imran bin Hushain dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua saksi yang adil. [HR. Ahmad bin Hanbal]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيٍّ وَ شَاهِدَىْ عَدْلٍ، فَاِنْ تَشَاجَرُوْا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ. الدارقطنى
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil, kemudian jika mereka berselisih, maka penguasa (hakim)-lah yang menjadi wali bagi orang yang tidak punya wali. [HR. Daruquthni]
و لمالك فى الموطأ عن ابى الزبير المكي اَنَّ عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ اُتِيَ بِنِكَاحٍ لَمْ يَشْهَدْ عَلَيْهِ اِلاَّ رَجُلٌ وَ امْرَأَةٌ فَقَالَ: هذَا نِكَاحُ السِّرِّ وَ لاَ اُجِيْزُهُ وَ لَوْ كُنْتَ تَقَدَّمْتَ فِيْهِ لَرُجِمْتَ.
Dan bagi Imam Malik dalam Al-Muwaththadari Abu Zubair Al-Makki, bahwa sesungguhnya pernah diajukan kepada Umar bin Khaththab suatu pernikahan yang tidak disaksikan melainkan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita. Umar berkata, “Ini adalah nikah sirri, aku tidak memperkenankannya dan kalau engkau tetap melakukannya tentu aku rajam.

Wali meminta persetujuan pada wanita yang akan dinikahkan


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلثَّيِّبُ اَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا، وَ اْلبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ فِى نَفْسِهَا، وَ اِذْنُهَا صُمَاتُهَا. الجماعة الا البخارى
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Janda itu lebih berhak atas dirinya dari pada walinya, sedang gadis diminta idzinnya dan idzinnya adalah diamnya. [HR. Jamaah kecuali Bukhari]
و فى رواية لاحمد و مسلم و ابى داود و النسائى : اْلبِكْرُ يَسْتَأْمِرُهَا اَبُوْهَا.
Dan dalam riwayat lain oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai (dikatakan), “Dan gadis dimintai idzinnya oleh ayahnya.
وَ عَنْ خَنْسَاءَ بِنْتِ خِدَامٍ اْلاَنْصَارِيَّةِ اَنَّ اَبَاهَا زَوَّجَهَا وَ هِيَ ثَيِّبٌ فَكَرِهَتْ ذلِكَ. فَاَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص، فَرَدَّ نِكَاحَهَا. الجماعة الا مسلما
Dari Khansabinti Khidam Al-Anshariyah, bahwa ayahnya telah mengawinkannya, sedang ia seorang janda, tetapi ia tidak menyukai perkawinan itu, lalu ia datang kepada Rasulullah SAW, maka Rasulullah SAW membatalkan pernikahannya itu. [HR. Jamaah kecuali Muslim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تُنْكَحُ اْلاَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ، وَ لاَ اْلبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ كَيْفَ اِذْنُهَا؟ قَالَ: اَنْ تَسْكُتَ. الجماعة
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Seorang janda tidak (boleh) dinikahkan sehingga ia diajak musyawarah, dan seorang gadis tidak (boleh dinikahkan) sehingga dimintai idzinnya”. Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana idzinnya ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Ia diam. [HR. Jamaah]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، تُسْتَأْمَرُ النِّسَاءُ فِى اَبْضَاعِهِنَّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: اِنَّ اْلبِكْرَ تُسْتَأْمَرُ فَتَسْتَحِى فَتَسْكُتُ. فَقَالَ: سُكَاتُهَا اِذْنُهَا. احمد و البخارى و مسلم
Dari ‘Aisyah RA ia berkata : Aku pernah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah wanita-wanita itu (harus) diminta idzinnya dalam urusan perkawinan mereka ?”. Beliau menjawab, “Ya”. Aku bertanya (lagi), “Sesungguhnya seorang gadis (apabila) diminta idzinnya ia malu dan diam”. Rasulullah SAW menjawab, “Diamnya itulah idzinnya. [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim]
و فى رواية قالت: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلْبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ. قُلْتُ: اِنَّ اْلبِكْرَ تُسْتَأْذَنُ وَ تَسْتَحِى. قَالَ: اِذْنُهَا صُمَاتُهَا. احمد و البخارى و مسلم
Dan dalam riwayat lain, Aisyah berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Gadis itu diminta idzinnya”. Aku bertanya, “Sesungguhnya gadis itu bila diminta idzinnya, ia malu”. Beliau bersabda, “Idzinnya adalah diamnya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: تُسْتَأْمَرُ اْليَتِيْمَةُ فِى نَفْسِهَا، فَاِنْ سَكَتَتْ فَهُوَ اِذْنُهَا. وَ اِنْ اَبَتْ فَلاَ جَوَازَ عَلَيْهَا. الخمسة الا ابن ماجه
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Gadis yatim diajak musyawarah tentang urusan dirinya, kemudian jika ia diam maka itulah idzinnya, tetapi jika ia menolak maka tidak ada paksaan atasnya. [HR. Khamsah kecuali Ibnu Majah]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ جَارِيَةً بِكْرًا اَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص، فَذَكَرَتْ اَنَّ اَبَاهَا زَوَّجَهَا وَ هِيَ كَارِهَةٌ، فَخَيَّرَهَا النَّبِيُّ ص. احمد و ابو داود و ابن ماجه و الدارقطنى
Dari IbnuAbbas, sesungguhnya ada seorang gadis datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia menerangkan bahwa ayahnya telah menikahkannya, sedang ia tidak suka. Lalu Nabi SAW menyuruhnya untuk memilih. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Daruquthni]

Kebolehan Melihat Pinangan

Kebolehan melihat pinangan
عَنِ اْلمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ اَنَّهُ خَطَبَ امْرَأَةً فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اُنْظُرْ اِلَيْهَا فَاِنَّهُ اَحْرَى اَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُمَا. الخمسة الا ابا داود
Dari Mughirah bin Syu’bah, sesungguhnya ia pernah meminang seorang wanita, lalu Nabi SAW bersabda, “Lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu lebih menjamin untuk melangsungkan hubungan kamu berdua. [HR. Khamsah kecuali Abu Dawud]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: اِذَا خَطَبَ اَحَدُكُمُ اْلمَرْأَةَ فَقَدَرَ اَنْ يَرَى مِنْهَا بَعْضَ مَا يَدْعُوْهُ اِلَى نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَلْ. احمد و ابو داود
Dari Jabir, ia berkata : Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian apa yang (bisa) mendorongnya untuk menikahinya, maka kerjakanlah. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
عَنْ مُوْسَى بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ اَبِى حُمَيْدٍ اَوْ حُمَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا خَطَبَ اَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا، اِذَا كَانَ اِنَّمَا يَنْظُرُ اِلَيْهَا لِخِطْبَةٍ وَ اِنْ كَانَتْ لاَ تَعْلَمُ. احمد
Dari Musa bin ‘Abdillah dari Abi Humaid atau Humaidah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu meminang seorang wanita, maka tidaklah berdosa melihatnya, apabila melihatnya itu semata-mata untuk meminangnya meskipun wanita itu sendiri tidak mengerti. [HR. Ahmad]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: خَطَبَ رَجُلٌ امْرَأَةً، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اُنْظُرْ اِلَيْهَا فَاِنَّ فِى اَعْيُنِ اْلاَنْصَارِ شَيْئًا. احمد و النسائى
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada seorang laki-laki yang meminang seorang wanita lalu Nabi SAW bersabda, “Lihatlah dia, karena sesungguhnya pada mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu (sipit)”. [HR. Ahmad dan Nasai]
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مَسْلَمَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِذَا اَلْقَى اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ فِى قَلْبِ امْرِئٍ خِطْبَةَ امْرَأَةٍ فَلاَ بَأْسَ اَنْ يَنْظُرَ اِلَيْهَا. احمد و ابن ماجه
Dari Muhammad bin Maslamah, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah ‘Azza wa Jalla telah memantapkan di hati seseorang (keinginan) meminang seorang wanita, maka ia tidak berdosa untuk melihatnya. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

Larangan Meminang Pinangan Orang Lain

Larangan meminang pinangan orang lain
 
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَلْمُؤْمِنُ اَخُو اْلمُؤْمِنِ فَلاَ يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ اَنْ يَبْتَاعَ عَلَى بَيْعِ اَخِيْهِ وَ لاَ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ اَخِيْهِ حَتَّى يَذَرَ. احمد و مسلم
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin itu saudara orang mukmin yang lain, maka tidak halal bagi seorang mukmin menawar atas tawaran saudaranya, dan tidak boleh ia meminang atas pinangan saudaranya sehingga saudaranya itu meninggalkannya. [HR. Ahmad dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ اَخِيْهِ حَتَّى يَتْرُكَ اْلخَاطِبُ قَبْلَهُ اَوْ يَأْذَنَ لَهُ اْلَخَاطِبُ. احمد و البخارى و النسائى
Dan dari Ibnu Umar RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh seseorang meminang atas pinangan saudaranya sehingga peminang sebelumnya itu meninggalkan atau memberi ijin kepadanya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Nasai]