“ Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepada anaknya :
“Hai anakku, janganlah kamu mensekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Surat AL - Luqman : Ayat 13)
Bulan Mei bagi bangsa Indonesia diangap
sebagai bulan pendidikan. Sebab pada bulan tersebut terdapat satu hari yang
diangkat sebagai hari pendidikan nasional. Dalam bulan pendidikan ini ada
baiknya kita melakukan introspeksi terhadap perjalanan pendidikan kita, tentu
dari kaca mata Islam.
Lebih dari setengah abad bangsa kita merdeka, dan menyelenggarakan pendidikan dalam rangka meraih salah satu tujuan kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi jika kini kita melihat sekilas hasil dari proses pendidikan kita agaknya masih dominan pada aspek kognitif, yaitu mencerdaskan otak. Kita lihat pada berita dari berbagai media, orang-orang pinter dengan titel yang berderet-deret panjang ternyata punya potensi menjadi koruptor. Sementara kaum yang berpendidikan rendah masih berkutat pada khidupan klenik atau mistik. Sedangkan para pelajar dan pemuda tak jarang terlibat tindak kekacauan, semacam tawuran, atau tindak asusila.
Lebih dari setengah abad bangsa kita merdeka, dan menyelenggarakan pendidikan dalam rangka meraih salah satu tujuan kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi jika kini kita melihat sekilas hasil dari proses pendidikan kita agaknya masih dominan pada aspek kognitif, yaitu mencerdaskan otak. Kita lihat pada berita dari berbagai media, orang-orang pinter dengan titel yang berderet-deret panjang ternyata punya potensi menjadi koruptor. Sementara kaum yang berpendidikan rendah masih berkutat pada khidupan klenik atau mistik. Sedangkan para pelajar dan pemuda tak jarang terlibat tindak kekacauan, semacam tawuran, atau tindak asusila.
Memang itu bukanlah profil
lengkap dari pendidikan kita, namun fenomena tersebut cukup banyak kita jumpai.
Tak bisa dipungkiri, prestasi-prestasi mengangumkan sesungguhnya juga sudah
muncul, tetapi jika dibandingkan dengan negeri tetangga, ternyata kualitas
pendidikan kita masih kalah, padahal kita lebih dahulu merdeka. Apanya yang
salah?
Jika menelisik lebih dalam
kepada kurikulum nasional, memang persoalan nilai dan akhlak tidak menjadi
tumpuan utama pendidikan kita. Padahal pendidikan itu sesungguhnya bukan
semata-mata transfer pengetahuan, tetapi pendidikan harusnya mentransfer
nilai-nilai luhur. Endingnya adalah terbentuknya insane kamil, yaitu manusia
yang memiliki jiwa utama.
Dalam khazanah Islam
dikenal ada seorang tokoh yang istimewa dalam pendidikan. Memang bukan metode
mendidik yang dikemukakan, tetapi wasiat-wasiatnya sangat penting untuk
diterapkan dalam dunia pendidikan. Dialah Luqman al-Hakim. Luqmanul Hakim
merupakan salah satu suri tauladan diantara para bapak yang sangat
memperhatikan pendidikan anak. Baik pendidikan ruhiyah maupun jismiyah, mental
maupun badan. Bahkan namanya menjadi salah satu nama surat di dalam al-Qur’an.
Pokok-pokok pikiran
pendidikan Luqmanul Hakim tertuang pada pesan beliau kepada anaknya, yang
meliputi pesan yang berkenaan antara hubungan hamba dengan Robnya, antara hamba
dengan sesama.
Berikut ini adalah
pesan-pesan pendidikan Luqman kepada anaknya:
1. Tidak mensekutukan
Allah
Pesan ini beliau katakan seperti dalam firman Allah : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepada anaknya :
Pesan ini beliau katakan seperti dalam firman Allah : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepada anaknya :
“ Hai anakku, janganlah kamu mensekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Luqman:13).
Tanggung jawab pendidikan terhadap anak didiknya dalam Islam meliputi tanggung jawab untuk menyelamatkan hidupnya kelak di akhirat. Karena itulah pendidikan tauhid menempati kedudukan yang utama. Dengan prinsip tauhid inilah sang anak akan bisa beramal hanya untuk Allah, tanpa dicampuri dengan tujuan yang lain.
Orang yang memiliki jiwa tauhid kuat, ia tidak akan mudah diiming-imingi untuk melakukan penyimpangan hanya edngan sejumlah harta dunia. Dia tahu bahwa Allah lebih kaya dari orang yang ada di dunia ini. Dia tahu melakukan kecurangan akan menimbulkan murka Allah, sehingga ia pun akan berpantang untuk melakukan kecurangan. Apalagi jika kecurangan itu sampai mendhalimi orang lain.
Tanggung jawab pendidikan terhadap anak didiknya dalam Islam meliputi tanggung jawab untuk menyelamatkan hidupnya kelak di akhirat. Karena itulah pendidikan tauhid menempati kedudukan yang utama. Dengan prinsip tauhid inilah sang anak akan bisa beramal hanya untuk Allah, tanpa dicampuri dengan tujuan yang lain.
Orang yang memiliki jiwa tauhid kuat, ia tidak akan mudah diiming-imingi untuk melakukan penyimpangan hanya edngan sejumlah harta dunia. Dia tahu bahwa Allah lebih kaya dari orang yang ada di dunia ini. Dia tahu melakukan kecurangan akan menimbulkan murka Allah, sehingga ia pun akan berpantang untuk melakukan kecurangan. Apalagi jika kecurangan itu sampai mendhalimi orang lain.
2. Berbuat baik kepada
kedua orang tua
Luqmanul Hakim mengajarkan kepada anak untuk berbuat baik kepada orang tua sejak sedini mungkin, karena orang tua adalah yang menyebabkan mereka ada di dunia ini.
Pesan ini Allah abadikan dalam firman-Nya :
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. ( Surat Al - Luqman : Ayat 14).
Tetapi jika kita melihat kehidupan medern sekarang, banyak anak yang tidak mengerti sopan dan santun kepada orang tuanya, bahkan tidak sedikit yang mendurhakainya. Berani kepadanya dan melawan keduanya. Bahkan tidak sedikit anak yang memperbudak orang tuanya.
Mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah berjasa adalah suatu sikap siopan. Dan sikap ini disepakati oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Apalagi kepada orang tua, yang oleh Allah telah dijadikan wasilah lahirnya seorang anak, lalu mengasuhnya, membesarkannya dengan kasih saying. Tetapi jika tidak dididik untuk bias hormat kepada orang tua, anak ini tidak akan bias berbuat baik kepada orang tuanya. Sebab itulah pendidikan harus menekankan kewajiban ini bagi anak.
3. Menanamkan cinta pada
amal shalih pada diri anak.
Menanamkan kebiasaan beramal shalih pada diri anak harus dilakukan sejak dini. Harus ditanamkan bahwa amal baik, sebesar apapun pasti akan dibalas oleh Allah, dan sebaliknya amal keburukan sebesar apapun pasti akan dibalas oleh Allah. Firman Allah;
“ (Luqman berkata ) : “ Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui”. ( Surat Al - Luqman : Ayat 16).
Ketika anak mengerti bahwa Allah akan membalas semua jerih payahnya, maka ia akan selalu berusaha untuk beramal yang baik. Ia akan senantiasa meningkatkan amalnya dan selalu taat kepada perintah-Nya serta selalu berbakti kepada kedua orang tuanya.
4. Mengenalkan kepada anak
untuk menunaikan kewajiban kepada Allah.
“ Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan besabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. ( Surat Al - Luqman : Ayat 17).
Kewajiban kepada Allah sangat banyak, ada yang berupa sikap, dan ada yang berupa perbuatan. Sholat, puasa, jihad, amar ma’ruf dan nahi mungkar, sabar, tawakkal dan lain-lain adalah beberapa contoh kewajiban kepada Allah. Luqman hanya menyebutkan beberapa kewajiban sebagaimana difirmankan oleh Allah.
Ketika anak mengerti dan faham akan kewajiban yang harus ia tunaikan, maka dengan sendirinya ia akan melakukan amalan tersebut dengan baik dan dengan lapang hati.
5. Mengajarkan sikap
tawadlu’.
Akhlak adalah penghias diri seseorang. Bahkan Rasulullah diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan akhlak inilah seseorang akan dihormati dan dihargai, semerntara ia akan dihina dan dilecehkan kerena kesombongan dan akhlaknya yang tercela. Luqmanul Hakim kepada anaknya memesankan agar ia tidak sombong. Sikap santun, tawadlu’ dan tidak sombong menjadi kunci penting tertanamnya akhlak yang mulis. firman Allah :
“Dan jangalah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesunguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. ( Surat Al - Luqman : Ayat18-19).
Di dalam ayat-ayat tersebut, Allah mendahulukan penanaman nilai daripada pengetahuan. Dengan nilai itulah karakter anak akan muncul. Sementara tanpa pengajaran karakter, pengetahuan akan digunakan untuk memenuhi syahwatnya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain. Lalu Bagaimanakah kita untuk mendidik anak-anak kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar