Empat belas abad yang lalu, Islam telah meletakkan hukum
yang jelas dan sahih. Wanita diletakkan sebagai kaum yang mulia dan dihormati.
Setinggi apapun kemuliaan seorang lelaki, pasti ada kemuliaan yang serupa untuk
kaum wanita.
Wanita tidak diciptakan sebagai "alas kaki" kaum
lelaki, malah wanita menduduki tangga teratas sebagai individu yang paling
dihormati dalam sesebuah keluarga Islam.
Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang pada hakikatnya
merupakan perlambang sifat keras hati yang dimiliki sebagai sifat dasar seorang
wanita. Karena wanita dijadikan sebagai kaum yang lemah dari aspek fisik,
mereka hanya mampu menggunakan kekuatan spiritual ini untuk mengimbangi
kekuatan lahiriah kaum hawa. Anugerah dasar ini melengkapi apa yang tidak
mereka miliki.
Tulang rusuk yang awalnya bengkok merupakan gambaran sifat
fisik dan mental yang cukup istimewa meskipun pada dasarnya, ia merupakan sifat
dasar yang tidak seimbang. Meluruskannya menjadi tanggung jawab yang cukup
berat untuk dipikul kaum lelaki. Lantaran keupayaan kaum lelaki sebagai
khalifah di bumi Allah, maka kaum lelaki juga diberikan tanggungjawab sebagai
pembimbing kepada kaum hawa ini.
Keistimewaan seorang wanita berawal dari masa anak-anak.
Sejak kehidupan seorang wanita, dia dilahirkan dan sewajarnya di asuh dengan
segala kelembutan -yang membedakannya dengan anak-anak lelaki.
Memasuki usia gadis, seorang wanita mulai dibekali dengan
sifat dasar yang kian lengkap. Kaum hawa pada peringkat ini mulai mengalami
perubahan sifat menjadi lebih sensitif, keras hati dan mungkin agak pemalu.
Sifat-sifat ini membentuk kepribadian yang tidak seimbang. Lantaran itulah kaum
wanita dikatakan sebagai lebih cepat matang dibanding kaum lelaki akibat
perubahan mental, fisik dan spiritual yang dialaminya.
Namun kematangannya itu lebih dipengaruhi oleh pembentukan
emosi yang senantiasa memerlukan bimbingan.
Dunia wanita sebagai seorang istri dari perspektif Islam
juga meletakkannya sebagai individu di sebelah suaminya. Sebagai istri, wanita
diletakkan pada kedudukan tertinggi kedua setelah suami, tetapi tidak berarti
dia tidak perlu dihormati oleh suaminya.
Lebih lanjut, wanita sebagai seorang ibu diangkat
derajatnya lebih tinggi daripada seorang bapak. Seperti diriwayatkan di dalam
hadist, "syurga itu di bawah telapak kaki ibu" (riwayat Bukhari).
Derajat seorang ibu itu mampu mengatasi segalanya selama dia tetap menjaga
kedekatannya dengan Allah dan agamanya. Hal ini karena peranan dan
tanggungjawab seorang ibu untuk mendidik anak-anaknya itu jauh lebih berat
daripada tanggungjawab seorang suami dalam mendidik istrinya.
Ibu merupakan penentu terbesar dalam pembinaan akhlaq dan
citra diri seorang anak. Dialah yang bertanggung jawab mendidik dan membesarkan
anaknya. Meskipun ada bantuan dari pihak suami, tetapi peranan dan
tanggung jawab suami sebagai pembina keluarga, mencari nafkah dan sebagainya
memberikan implikasi bahwa, sebagian besar tanggungjawab pembentukan diri
anak-anak tertumpu di bahu si ibu.
Wanita sering dikaitkan dengan daya sensitifnya yang sering
dikatakan sebagai sesuatu yang berlebihan. Namun disadari atau tidak,
sensitifitas milik kaum hawa inilah yang membuatnya mampu melaksanakan tugas
dan peranannya sebagai seorang gadis, isteri dan ibu yang sempurna. Tanpa
sensitifitas ini, mereka tidak akan peka pada setiap kehendak dan keperluan
dalam kehidupan. Dan sensitifitas ini merupakan satu keistimewaan yang cukup
berarti, karena dengannya, wanita mampu melahirkan cinta dan kasih sayang, baik
sebagai istri kepada suaminya maupun seorang ibu kepada anak-anaknya.
Wanita dilihat dari kaca mata Islam adalah sosok
sempurnanya penciptaan manusia. Dia dicipta untuk melahirkan, menyabung nyawa
demi memelihara anak. Islam menobatkan kaum wanita pada kedudukan yang tinggi
tanpa sedikitpun penghinaan, meletakkannya sebagai bidadari syurga atas segala
keistimewaan miliknya selama ia pelihara.
Oleh karena itu, bagi kaum wanita, bersyukurlah karena anda
dilahirkan sebagai kaum yang cukup istimewa. Mampu menghadapi saratnya
tanggung jawab meskipun dikategorikan sebagai kaum yang lemah. Anda memiliki
"kekuatan" yang tak tertandingi oleh kaum lelaki yang seharusnya anda
hormati. Namun kelebihan ini bukanlah alasan untuk bertepuk dada.
Setinggi apapun derajat kaum hawa diangkat, sehebat apapun
seorang wanita sebagai seorang individu, dan sebesar apapun kesuksesan yang
diraihnya, tetap memerlukan lelaki sebagai pelindungnya. Dan Maha Besar, Maha
Suci Allah yang menciptakan lelaki dan wanita, perpaduan kekuatan dan kelemahan
yang saling memerlukan, saling melengkapi dalam kehidupan.
Kaum hawa dicipta dari rusuk Adam, bukan dari kepalanya
untuk dijadikan atasnya, bukan dari kakinya untuk dijadikan alasnya, melainkan
dari sisinya, untuk dijadikan teman hidupnya, dekat pada lengannya untuk
dilindungi dan dekat pada hatinya untuk dicintai, maha suci Allah yang menciptakan Wanita yang shaleha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar